Tim keamanan siber mendiskusikan eskalasi konflik Iran-Israel di pusat komando strategis.Briefing situasi di pusat komando siber terkait ketegangan Iran-Israel 2025 — dinamika yang membuka banyak pelajaran bagi penguatan ketahanan siber nasional Indonesia.

Perang Iran-Israel di Ruang Siber kembali meletus pada pertengahan 2025. Dari laporan media nasional (CNN Indonesia; CNBC Indonesia, Juni 2025), diketahui bahwa konflik ini tidak hanya terjadi di medan tempur konvensional, tetapi juga meluas ke ruang siber.

Voice Article: klik untuk mendengarkan artikel berbentuk suara

Fenomena ini menegaskan bahwa ruang digital kini menjadi panggung utama pertempuran militer modern. Konflik yang sebelumnya didominasi oleh serangan fisik, kini bergeser menjadi kombinasi serangan ofensif-defensif siber yang menentukan dinamika eskalasi.

Media nasional melaporkan bahwa serangan Israel terhadap fasilitas nuklir Iran langsung memicu respons digital dari pihak Iran. Data dari Radware menunjukkan lonjakan serangan siber ke infrastruktur Israel hingga 700 persen. Handala Hackers, salah satu kelompok peretas pro-Iran, mengklaim telah mencuri dua terabyte data strategis dari sektor energi. Secara bersamaan, serangan DDoS, malware, dan sabotase sistem juga berlangsung serentak. Tingkat koordinasi serangan pun kian mengkhawatirkan.

Tingginya skala dan koordinasi serangan tersebut tentu bukan muncul secara spontan. Kekuatan respons siber yang ditunjukkan Iran dan Israel merupakan hasil dari pembentukan kapasitas siber yang telah dibangun secara sistematis dalam waktu panjang. Untuk memahami dinamika serangan ini secara utuh, penting mencermati bagaimana kedua negara merancang arsitektur kekuatan sibernya, sekaligus menarik pelajaran strategis bagi penguatan pertahanan siber Indonesia.

Baca juga Perang Kognitif di Ruang Siber: Saatnya Indonesia Punya Strategi Nasional

\"Operator

Bagaimana Iran dan Israel Membangun Kekuatan Siber

Iran: Komando Formal Bertemu Proksi Siber

Keunggulan siber Iran tidak hanya lahir dari aspek teknis, tetapi berakar kuat pada budaya strategis nasional. Identitas keagamaan dan nasionalisme Iran mendorong doktrin pertahanan siber sebagai instrumen pertahanan eksistensial, bukan sekadar pengamanan teknis (Serscikov, doi:10.1080/08850607.2024.2448959).

Lebih jauh, Serscikov menjelaskan bahwa Iran memadukan komando negara (Supreme Council of Cyberspace, IRGC Cyber Electronic Command, MOIS) dengan kekuatan proksi seperti Iranian Cyber Army, Charming Kitten, dan OilRig. Selain itu, pembinaan SDM dilakukan sejak dini melalui pendidikan teknis, rekrutmen wajib militer, serta kolaborasi teknologi dengan Rusia, China, dan Korea Utara.

Meski menghadapi problem fragmentasi kelembagaan dan brain drain, keunggulan Iran justru terletak pada konsistensi visi jangka panjang: menempatkan pertahanan siber sebagai bagian integral dari survival negara.

Israel: Model Konsolidasi Siber Nasional

Jasper Frei, Center for Security Studies , ETH Zürich melaporkan bahwa Israel membangun kekuatan siber melalui integrasi penuh antara negara, militer, dan industri. Di tingkat strategis, Israel National Cyber Directorate (INCD), di bawah kantor Perdana Menteri, mengkoordinasikan kebijakan, penguatan infrastruktur kritis, pengembangan kapasitas, serta kerangka hukum nasional.
Di sisi militer, Unit 8200 dari IDF menjadi pusat operasi siber ofensif, spionase digital, dan dukungan operasi militer. Dukungan talenta dipasok sejak dini melalui program seleksi berbasis pendidikan. Banyak alumni Unit 8200 kemudian mendirikan perusahaan keamanan siber global, menjadikan Israel sebagai salah satu pusat inovasi siber dunia.

Pelajaran Strategis Bagi Indonesia

Dari pengalaman dua negara di atas, Indonesia dapat menarik pelajaran strategis: kekuatan siber tidak cukup dibangun melalui pendekatan sektoral yang terpisah-pisah. Dibutuhkan visi nasional jangka panjang, konsolidasi regulasi, penguatan kelembagaan terpadu, dan investasi sistemik pada pengembangan talenta sejak dini. Tanpa arsitektur kelembagaan yang kuat dan visi yang konsisten, penguatan kedaulatan siber nasional akan terus berhadapan dengan fragmentasi birokrasi, kerentanan teknologi asing, serta ketergantungan eksternal.

Posisi Indonesia: Fondasi Sudah Diletakkan, Konsolidasi Belum Matang

Dari berbagai macam sumber, kita bisa melihat bahwa Indonesia juga mulai menyiapkan diri, yaitu melalui pendidikan digital. Sejak 2025, coding dan AI diperkenalkan di kurikulum SD-SMP-SMA. Dari sisi kelembagaan, BSSN telah beroperasi sejak 2017, dilengkapi dengan pendidikan Poltek SSN.

Presiden Jokowi bahkan telah menginstruksikan pembentukan Indonesian Cyber Force sebagai matra ke-4 TNI pada September 2024. Namun hingga kini, realisasinya masih belum nampak nyata.

Lubang Menganga Doktrin Siber Nasional

Indonesia masih menghadapi kekosongan doktrin yang serius. Fragmentasi peran antara BSSN, TNI, Kominfo, Polri, dan BIN mempersulit sinergi kelembagaan. Ketika serangan terjadi, kita masih sering berjalan reaktif, sementara pembangunan sistemik kerap tersendat oleh tarik-menarik kewenangan antar lembaga.

Doktrin siber Indonesia belum sepenuhnya dipahami sebagai bagian integral dari pertahanan negara. Tanpa pengesahan regulasi formal dan doktrin komando terpadu, potensi kekuatan siber nasional tidak akan optimal.

Baca juga Tanpa Doktrin, Ruang Siber Jadi Lahan Tak Bertuan

Pertempuran Siber: Bukan Sekadar Sistem, Melainkan Pikiran

Lebih jauh lagi, perang siber tak semata urusan teknologi. Ini juga pertarungan penguasaan data, narasi, dan pengendalian opini publik. Dalam banyak tulisan, saya menegaskan konsep kedaulatan kognitif — di mana pengendalian pikiran dan persepsi publik menjadi bagian dari sistem pertahanan nasional.
Di sinilah letak ujian strategis kita: menghadapi serangan siber bukan sekadar membangun firewall, tetapi menciptakan ketahanan kognitif nasional. Literasi digital harus dimaknai sebagai bagian dari pertahanan kolektif bangsa.

Rekomendasi Strategis untuk Indonesia

  • Bangun Orkestrasi Nasional Terpadu; Integrasikan BSSN, TNI, Kemhan, Kominfo, Kemendikbud, dan sektor swasta dalam satu sistem koordinasi komando siber nasional.
  • Pembinaan Talenta Sejak Dini; Program coding dan AI harus dilengkapi dengan pemetaan bakat terukur yang mengisi kebutuhan sumber daya cyber force di masa depan.
  • Sahkan Regulasi & Doktrin Resmi; Instruksi presiden harus segera diikuti dengan payung hukum resmi, struktur organisasi operasional, dan doktrin pertahanan siber nasional.
  • Bentuk Komando Siber Nasional; Perlu komando terpadu siber nasional untuk menangani pertahanan, ofensif, serta penguasaan kognitif ruang informasi.
  • Kedaulatan Kognitif sebagai Pilar Pertahanan Siber; Penguatan narasi nasional, literasi digital, dan resistensi publik terhadap serangan informasi menjadi bagian tak terpisahkan dari pertahanan siber modern.

Baca juga Komando Krisis Siber: Indonesia Perlu Bergerak Cepat

Jangan Tunggu Diserang

Apa yang dipertontonkan oleh Perang Iran-Israel di Ruang Siber memperlihatkan bagaimana adaptasi cepat, konsolidasi kelembagaan, dan investasi strategis menjadi kunci ketahanan di era geopolitik digital. Indonesia tak bisa lagi berada dalam tarik-ulur regulasi yang berlarut. Kini adalah momentum paling kritis untuk menata, membangun, dan mengeksekusi pembentukan cyber forces nasional — sebagai garda pertahanan siber di abad ke-21.

Taufiq A Gani
Author: Taufiq A Gani

Taufiq A Gani adalah penulis, peneliti, dan birokrat yang fokus pada isu-isu strategis seperti ketahanan siber, demokrasi pengetahuan, dan reformasi birokrasi digital. Ia meraih gelar Ph.D. di bidang Ilmu Komputer, dan telah mengikuti program kepemimpinan nasional strategis di LAN RI dan Lemhannas RI. Selain itu, ia memiliki kompetensi dan sertifikasi di bidang penjaminan mutu, keamanan informasi, serta penulisan dan penyuntingan karya ilmiah. Dengan pengalaman panjang di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Taufiq terlibat aktif dalam pengembangan kebijakan transformasi kelembagaan dan penguatan ekosistem pengetahuan nasional. Sebagai pendiri dan editor reflek-if.id, ia menjadikan media ini sebagai ruang reflektif dan refleksif untuk menafsirkan peristiwa, membangun gagasan strategis, dan menyuarakan arah kebijakan publik dengan tajam, jernih, dan bertanggung jawab.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *